always remember...

visit my failed blog at widiasrah.multiply.com and my third blog at widiasrahblog.multiply.com

Minggu, 07 Juni 2009

Partai Hijau Sunda Lupa Kulit

Mega dan Prabowo Didaulat Bermain Sisingaan

Minggu, 07 Juni 2009 | 16:22 WIB

TEMPO Interaktif, BANDUNG:-- Kandidat presiden Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto, pasangannya disambut ribuan pendukungnya yang menunggu mereka di Gelanggang Olahraga Citra Arena, Bandung sejak Ahad (7/6) pagi.

Tiba menjelang gerimis, Mega-Pro langsung disambut kesenian daerah Jawa Barat Sisingaan, Oray Orayan dan Paciwit-ciwit. Juga suguhan tari topeng yang didatangkan khusus dari Cirebon.

Bahkan sebelum pidato, Mega-Pro sempat diajak puluhan anak-anak dari Saung Angklung Mang Udjo itu, bermain Oray Orayan dan Paciwit Ciwit. Dua tokoh ini sibuk berjingkrak dan tertawa sambil bertepuk tangan bersama.

Dalam acara deklarasi tim kampanye pemenanangan Mega Prabowo Jawa Barat, diisi pernyataan, dukungan dari kader, dan simpatisan dan PKB, PAN dan PDS, PPP yang ada di Jawa Barat. Juga berbagai ormas Jawa Barat. "Kami secara tegas mendukung, dan akan mengawal kemenangan Mega Prabowo, karena pasangan capres dan cawapres ini berjuang untuk kepentingan rakyat," kata Enjang Hudori Wakil Sekretaris DPW PKB Jawa Barat saat membacakan pernyataan bersama dukungan.

Dalam deklarasi tim kampanye Jawa Barat pasangan Megawati Prabowo, tampak hadir beberapa petinggi partai seperti Theo Safei yang juga tim kampanye Nasional Mega - Pro yang juga Ketua DPD PDIP Jabar Rudi Harsa Tanaya.

ALWAN RIDHA

-----

Saya tentu tidak akan menjelek-jelekan salah satu pasangan Capres-Cawapres. Namun, tentu saya akan mengkritisi kebijakan partai-partai "Hijau" yang ternyata sudah lupa terhadap petunjuknya: Al-Qur'an dan Hadits.

Al-Qur'an menjelaskan umat Islam, bahwa kita sebaiknya tidak memilih pemimpin dengan jenis kelamin perempuan. Namun, saya juga tetap membuka ruang atas terpilihnya kaum perempuan sebagai presiden, dengan syarat bahwa tidak ada pilihan lain, atau ada unsur keterpaksaan di sana.

Namun, entah kenapa, saya tidak melihat unsur keterpaksaan dalam hal ini. Kita masih terbuka, bisa memilih Pak SBY, atau bisa memilih Pak JK. Mereka berdua masih bisa ditolerir menurut kepercayaan saya, dan bisa melanjutkan pembangunan dengan lebih cepat dan lebih baik untuk kepentingan-kepentingan yang Pro-Rakyat.

Sebelum itu, saya juga hendak bertanya: Pro-rakyat itu apa? Rakyat yang mana yang harus kita bilang PRO? Apakah kaum nelayan? Apakah petani? Apakah para supir pengangkut hasil panen dan ikan-ikan di laut? Tentu mereka punya kepentingan yang berbeda-beda. Apakah menurunkan harga BBM akan menyelesaikan masalah? Tentu tidak sedemikian itu permasalahannya.

Kenaikan ekonomi makro, seperti terlihat pada pencanangan target yang hendak diwujudkan oleh pasangan Mega-Prabowo hingga mencapai dua digit, apa itu merupakan salah satu wujud ekonomi kerakyatan? Dengan kita mengoptimalkan sumber daya alam, mengeksploitasi untuk kepentingan rakyat? Ya, saya pikir itu cara yang bagus, namun tidak realistis.

Namun, siapa lagi yang bisa realistis hari ini? Pemilu masih di awang-awang, sementara lembaga survei yang dulu dikatakan Independen, kini sudah tidak semerdeka dan sebebas dulu. Ada yang dibiayai oleh Capres SBY-Boediono. Lagipula, Boediono katanya terlalu membela kepentingan asing. Dan tampaknya kini yang bersih tinggal JK-Wiranto.

Jk-Wiranto: pasangan ideal, namun saya takut pengetahuan dan perkiraan saya tentang kaum pengusaha menjadi terbukti dan benar adanya. Saya ingat betul, bagaimana sulitnya membina kepentingan pengusaha dan pemerintah dalam waktu bersamaan. Pasti ada gesekan. Mau mengurusi korban lumpur Lapindo, tapi takut nanti usahanya rugi.

Sekarang, saya saja yang bertanya: Siapa yang Anda akan pilih? Itu tergantung Anda. Apakah Anda mau seperti Partai Hijau Sunda yang lupa kulit, atau tidak. Saya tidak membicarakan agama, namun saya minta politik dan agama tidak dipisah-pisahkan.

Politik ya politik, agama ya agama. Bisa gabung, Boi!!

Tidak ada komentar: